MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN KOGNITIF YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Nama : Elisabet Trivonia Primavita Anggun
Kelas : II C
Perkembangan kognitif ialah tahapan-tahapan perubahan pada manusia untuk dapat memahami, mengolah informasi, dan mengetahui sesuatu. Perkembangan kognitif diartikan sebagai level kemampuan seorang individu dalam berpikir yang mencakup proses pemecahan masalah, mengingat, serta mengambil keputusan. Secara umum, kognitif membahas tentang gagasan, ide, dan pemecahan masalah yang berakar pada kemampuan kognitif seseorang.
Masalah-masalah pada perkembangan kognitif meliputi faktor-faktor sebagai berikut :
1. Nutrisi yang kurang
1000 hari pertama kehidupan pada anak adalah masa-masa yang tidak boleh terlewatkan. Pada tiga tahun pertama usia anak terjadi perkembangan pada otak yang sangat pesat dan optimal hingga berlanjut pada usia 5 tahun. Faktanya, anak-anak dilahirkan dengan semua sel otak (neuron) yang akan mereka miliki selama sisa hidup mereka. Namun, masing-masing sel ini perlu terhubung satu sama lain agar otak berfungsi dengan baik. Koneksi otak ini memungkinkan kita untuk bergerak, berpikir, berkomunikasi, dan melakukan banyak hal. Keterampilan penting lainnya, seperti motivasi, disiplin diri, pemecahan masalah, dan perilaku, juga terbentuk pada koneksi awal otak ini. Pada masa kanak-kanak, koneksi antar sel otak dibuat dengan kecepatan sangat tinggi. Otak anak-anak kecil membuat setidaknya satu juta sambungan saraf baru setiap detik, jauh lebih banyak daripada waktu lainnya dalam hidup. Semakin banyak dan kuat hubungan antara sel-sel saraf di otak, maka perkembangan otak anak akan semakin matang.
Perkembangan otak anak akan semakin matang apabila orang tua memberikan asupan makanan yang dapat mendukung perkembangan kognitif anak. Sebab jika tidak, maka perkembangan kognitif anak tidak matang dan terhambat. Penelitian dari jurnal Nutrition Reviews tahun 2014 melaporkan bahwa, kekurangan gizi selama kehamilan dan masa bayi cenderung berisiko mempengaruhi pikiran, perilaku, dan produktivitas anak sepanjang usia sekolah nanti. Sudah banyak pula penelitian lain yang telah membuktikan bahwa anak yang tidak mendapatkan cukup nutrisi dari makanan mengalami penurunan produksi sel otak, fungsi otak terbatas, dan mengalami perkembangan kognitif yang terlambat.
Anak-anak yang suka memilih-milih makanan dan hanya mengonsumsi jajanan saja dapat membuat perkembangan kognitif mereka terhambat. Anak-anak harus diberikan asupan makanan dengan nutrisi (gizi) yang tepat untuk dapat mendukung perkembangan otak mereka, yakni sebagai berikut :
- Omega 3, omega 6 dan DHA berupa ikan berminyak, kacang-kacangan, daging, ayam, telur, biji-bijian seperti kuaci dan minyak ikan. Kekurangan omega 3, omega 6 dan DHA dapat
- Zat besi yakni daging tanpa lemak, hati sapi atau ayam, telur, seafood, tahu dan kacang-kacangan.
- Vitamin C berupa buah-buahan seperti jeruk, pepaya, mangga dan lain-lain.
- Vitamin D yakni berupa ikan berminyak, daging merah, hati sapi, kuning telur dan susu formula pertumbuhan.
- Zinc seng adalah zat gizi yang dapat ditemukan di dalam biji-bijian utuh seperti gandum, daging merah tanpa lemak, dan daging ayam. Kacang buncis dan kacang-kacangan seperti kacang mete dan almond juga mengandung seng.
Selain memberikan asupan makanan yang bergizi ada solusi lain yakni meminimalisir pengeluaran keluarga dengan cara menanam sayuran, teh, kelor serta memberikan menu yang bervariasi ketika di rumah agar anak-anak tidak bosan mengonsumsi makanan dengan satu jenis lauk saja.
Nutrisi bagi perkembangan kognitif anak
2. Ekonomi yang tidak mendukung
Anak-anak yang memiliki latar belakang orang tua yang bekerja dengan pendapatan tinggi memiliki perkembangan kognitif lebih baik daripada anak-anak yang berasal dari latar belakang keluarga tidak mampu. Anak-anak yang berasal dari lingkungan keluarga dengan ekonomi cukup mendapatkan kesempatan dan pelatihan yang lebih baik ketimbang anak-anak yang lain. Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki orang tua dengan pendapatan yang cukup mendapatkan kesempatan untuk les privat yang dapat menambah pengetahuan mereka.
Resiko yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak karena berasal dari keluarga yang memiliki pendapatan rendah yakni nutrisi, lingkungan dan interaksi antara ibu dan anak. Risiko nutrisi menjadi faktor utama sebab jika anak-anak mendapat asupan nutrisi yang rendah mengakibatkan anak tersebut stunting, defisiensi yodium, dan anemia defisiensi besi.
Oleh sebab itu, ada beberapa solusi yang dapat membantu anak-anak agar perkembangan kognitif mereka sempurna yakni sebagai berikut :
- Orang tua mendorong suasana belajar dan peluang bagi anak untuk belajar. Anak-anak sering meniru orang-orang di sekitar mereka, oleh sebab itu orang tua memberikan motivasi atau dorongan kepada anak untuk mereka dapat belajar mandiri di rumah.
- Guru di sekolah memfasilitasi perkembangan kognitif anak dengan cara memberi dorongan kepada anak-anak untuk bertanya mengenai hal yang tidak mereka ketahui dan memberi jawaban serta masukan yang dapat berguna untuk anak-anak yang lain.
- Memberi bekal kepada anak ketika mereka sekolah. Keadaan ekonomi orang tua yang tidak mampu dapat memberi mereka bekal daun kelor jika di rumah tidak ada daging, telur atau tempe dan tahu.
- Orang tua memfasilitasi anak agar dapat belajar dengan lebih baik seperti jika anak-anak membutuhkan meja belajar, orang tua dapat menyediakan meja belajar di rumah, begitu juga dengan peralatan sekolah lainnya.
- Pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi orang tua yang tidak bekerja karena lapangan pekerjaan yang kurang.
- Pikirkan secara matang-matang untuk menikah sebab menikah berarti bertanggung jawab bukan hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada anak dan istri. Apabila belum memiliki pendapatan yang cukup, berpikirlah matang-matang untuk menikah.
3. Genetik
Faktor genetik ialah bekal dasar dan mempunyai peran yang utama dalam mencapai hasil akhir dan proses tumbuh kembang anak serta dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Faktor genetik ialah suatu keadaan di mana leluhur atau pendahulu kita (dalam garis hubungan darah yang sama) sangat mempengaruhi kondisi generasi penerusnya. Faktor genetik menentukan apakah perkembangan kognitif anak sama dengan orang tua, apakah normal, apakah di bawah normal atau di atas normal. Apabila anak terlahir dari gen orang tua yang cacat, maka kemungkinan akan mempengaruhi kognitif anak. Hal itu juga dapat mempengaruhi kestabilan mental, fobia, dan berat badan. Anak-anak yang terlahir dengan gangguan kognitif yang berasal dari orang tua akan mengalami perkembangan kognitif yang rendah, sel otak yang tidak berkembang dengan baik serta berbagai gangguan kognitif lain yang dapat menganggu perkembangan otak anak.
Anak-anak yang memiliki gangguan kognitif yang disebabkan oleh genetik sehingga terlahir cacat (disabilitas), membutuhkan penanganan yang khusus serta disekolahkan di tempat khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa). Ada beberapa hal yang dapat menjadi cara pencegahan agar anak-anak terhindar dari gangguan kognitif yakni mengonsumsi makanan dengan kandungan sebagai berikut :
-. Omega 3 dalam ikan dapat membantu mencegah kepikunan dini dan mencegah kerusakan pada sel otak
- Vitamin B6 dan asan folat menunjang kinerja dan fungsi otak serta menghambat penyusutan sel otak.
- Antioksidan (Berries) melindungi sel-sel otak dari proses oksidasi.
Selain itu, solusi bagi permasalahan tersebut yakni orang tua harus mendukung anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Nutrisi di masa kehamilan
4. Disabilitas pada perkembangan kognitif
Disabilitas intelektual adalah istilah yang dipakai ketika seorang individu memiliki keterbatasan tertentu dalam kegunaan dan keterampilan kognitif, termasuk keterampilan komunikasi, sosial, dan perawatan diri. Anak-anak dengan Disabilitas Intelektual mempunyai kesulitan yang signifikan baik dalam kegunaan intelektual (misalnya berkomunikasi, belajar, pemecahan masalah) dan tingkah laku adaptif (misalnya keterampilan sosial sehari-hari, rutinitas, kebersihan).
Ada beberapa penyebab dari disabilitas intelektual yakni sebagai berikut :
- Lingkungan yang buruk, gangguan kromosom, metabolisme, gangguan dalam pembentukan otak janin selama masa kehamilan
- Kekurangan oksigen saat ibu melahirkan
- Berat badan yang kurang pada bayi
- Infeksi dan lingkungan yang tidak kondusif untuk menstimulasi anak seperti ibu yang tidak mengajak anak untuk berbicara setelah dua tahun kelahiran
- Nutrisi yang tidak cukup pada anak
- Mengonsumsi zat-zat berbahaya atau toksi.
Selain disabilitas intelektual, ada disleksia yang merupakan gangguan pada anak untuk mengenali huruf dan angka. Anak-anak kesulitan untuk belajar mengenai huruf atau simbol matematika.
Komentar
Posting Komentar