PERBEDAAN-PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK

 Nama        : Elisabet Trivonia Primavita Anggun

Kelas        : II C


A. Perbedaan-Perbedaan Fisik

        Pertumbuhan fisik ialah perubahan-perubahan fisik yang terjadi sejak masa kanak-kanak sampai usia lanjut (dapat dilihat secara langsung) dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan manusia. Pertumbuhan fisik meliputi : perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh (perbandingan antara bagian tubuh yang satu dengan bagian tubuh lain yang disatukan), munculnya ciri-ciri kelamin utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), hingga penurunan kondisi fisik.

        Pertumbuhan serta perkembangan fisik yang penting pada periode anak-anak awal yakni sebagai berikut :

  • Perubahan tinggi badan. Tinggi badan anak umumnya bertambah tiga inci setiap tahun. Pada umur enam tahun tinggi badan anak rata-rata 46,6 inci. Kondisi tersebut memungkinkan anak untuk bisa berjalan, berlari lebih cepat, memanjat, melompat, meloncat dan berjalan di atas papan titian.
  • Perubahan berat badan. Berat badan pada anak bertambah 3-5 pon. Pada usia 6 tahun berat badan anak laki-laki 49 pon dan berat badan pada anak perempuan 48,5 pon. Kondisi tersebut memungkinkan anak untuk bisa mengangkat, melempar, dan menangkap bola.
  • Perbandingan tubuh. Anak usia 2-6 tahun cenderung berbentuk kerucut, perut rata, dada lebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki lebih besar.
  • Postur tubuh. Perbedaan postur anak nampak sejak masa anak-anak, terdapat anak yang gemuk, (endomorfik), kuat berotot (mesomorfik), dan ada yang kurus (ektomorfik).
  • Tulang dan otot. Otot anak usia 6 tahun berubah menjadi lebih besar, lebih berat, lebih kuat, sehingga anak terlihat lebih kurus meskipun berat badan mereka bertambah. Pertambahan berat tulang dan otot ini memungkinkan anak untuk bisa belajar menarik garis, menulis, menggambar, dan melukis dengan menggunakan jari.
  • Lemak. Anak yang gemuk memiliki jaringan lemak yang lebih banyak, anak kuat berotot mempunyai jaringan otot yang lebih banyak, dan anak kurus memiliki jaringan otot yang lebih kecil dan jaringan yang lebih sedikit.
  • Pertumbuhan gigi. Anak-anak usia enam tahun mulai mengalami pergantian gigi susu.
https://i.pinimg.com/564x/e6/04/37/e6043711ba10218364a03873b3744809.jpg

        
        Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang penting pada masa remaja yakni sebagai berikut :
  • Perubahan fisik selama masa remaja meliputi dua hal, yakni : Percepatan pertumbuhan yang terdiri dari pertumbuhan ukuran tubuh dan proporsi tubuh. Remaja mulai mendekati postur orang dewasa, yaitu ukuran pinggang berkurang panjangnya, pinggul menjadi lebih lebar, tungkai kaki lebih panjang dari badan, dan lengan lebih panjang. 
  • Proses kematangan seksual yang mencakup ciri kelamin utama dan ciri kelamin kedua.

        Kelompok anak perempuan dan anak laki-laki memiliki perbedaan, sehingga tidak bisa dikatakan wajib selalu tepat sama. Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja perempuan meliputi :
  1. Pertumbuhan tulang-tulang (tubuh berubah menjadi tinggi, anggota-anggota badan berubah menjadi panjang).
  2. Adanya pertumbuhan payudara.
  3. Pembesaran pinggul.
  4. Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di bagian kemaluan. 
  5. Pertambahan tinggi badan maksimum setiap tahun. 
  6. Rambut kemaluan menjadi keriting.
  7. Menstruasi.
  8. Pertumbuhan bulu ketiak.
        Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak laki-laki meliputi:
  1. Pertumbuhan tulang.
  2. Pembesaran testis (buah zakar).
  3. Pertumbuhan rambut kemaluan yang halus, lurus dan gelap.
  4. Terjadinya perubahan suara.
  5. Ejakulasi (air mani keluar)
  6. Rambut kemaluan menjadi keriting.
  7. Setiap kenaikan ketinggian badan mencapai level maksimum setiap tahun.
  8. Tumbuhnya rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
  9. Pertumbuhan bulu ketiak.
  10. Perubahan suara berakhir.
  11. Rambut di wajah semakin lebat dan gelap.
  12. Rambut tumbuh di dada.

https://i.pinimg.com/564x/35/25/1e/35251e7f7ece4b24c5d7232aa0af8af8.jpg


         Penyebab terjadinya perubahan fisik pada periode remaja ialah kelenjar pituitary yang terletak di dasar otak, mengeluarkan hormon pertumbuhan (hypothalamus) dan hormon gonadotropik (Hurlock, 1980:186). Hormon pertumbuhan menyebabkan adanya perubahan ukuran tubuh. Hormon gonadotropik merangsang gonad untuk mengembangkan kegiatan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi di dalam kelenjar endokrin yang diaktifkan oleh kelenjar hypothalamus yakni kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada masa remaja dan berada di otak.

        Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan sebagaimana yang dilaporkan oleh majalah Eltern di Jerman tahun 2005 yakni sebagai berikut :

1)      Anak laki-laki                      :  

ü  Lebih membutuhkan perhatian yang banyak.

ü  Mengalami perkembangan fisik yang lambat.

ü  Syaraf belahan otak kiri lebih cepat berkembang karena hanya menggunakan belahan otak kanan.

ü  Perkembangan otak lebih lambat di daerah yang bernama frontal lobes (otak depan) sehingga mereka lebih liar dari anak perempuan.

ü  Menyukai permainan yang dinamis.

ü  Lebih agresif.

ü  Kurang peka terhadap rasa sakit.

2)      Anak perempuan             :

ü  Lebih mandiri

ü  Lebih matang secara fisik

ü  Syaraf belahan otak kiri dan kanan terhubung lebih awal dan berkembang lebih kuat

ü  Perkembangan otak lebih cepat di daerah otak depan sehingga lebih cepat menerima aturan dibandingkan dengan anak laki-laki.

ü  Menyukai permainan tenang

ü  Lebih tenang

ü  Lebih peka terhadap rasa sakit.

        Perkembangan fisik pada anak dan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni keluarga, gizi, gangguan emosional, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh.

B. Perbedaan Inteligensi
        Inteligensi atau kecerdasan sering dipahami sebagai kecerdikan, kemengertian, kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk menguasai sesuatu, kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi atau lingkungan tertentu dan sebagainya.
        Stenberg dkk (1982) membuat sebuah penelitian dengan tujuan untuk menemukan keberagaman orang-orang, di dalam memaknai apa itu inteligensi dengan subjek penelitian yaitu orang awam dan para ahli psikologi. Kebanyakan orang awam memaknai inteligensi sebagai sebuah kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara praktis, kemampuan verbal, dan kompetensi sosial. Kemampuan menyelesaikan masalah secara praktis mencakup pemakaian logika, penghubungan ide-ide, dan pandangan kepada masalah secara total. Kemampuan verbal mencakup pemakaian serta pemahaman bahasa secara lisan dan tulisan dengan cara yang baik. Kompetensi sosial merujuk kepada interaksi yang baik dengan orang lain, yakni tentang pemikiran yang terbuka pada keberagaman jenis manusia serta memperlihatkan minat dalam topik-topik yang beraneka ragam. Para pakar psikolgi menyatakan bahwa inteligensi bisa didapatkan dalam inteligensi verbal, kemampuan memecahkan masalah dan inteligensi praktis. Perbedaan pemikiran pada dua kelompok tersebut menunjukkan bahwa orang awam lebih fokus pada kompetensi sosial, sedangkan para pakar tidak mempertimbangkan hal itu sebagai sesuatu yang esensial dalam inteligensi.
    Speaman dalam Santrock (2008) mengungkapkan bahwa inteligensi merupakan kemampuan umum untuk berpikir dan mempertimbangkan. Sementara Thurstone (1947) mempercayai bahwa kecerdasan terdiri atas kemampuan verbal, kefasihan berbicara, kemampuan numerik, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, kecepatan perseptual, dan alasan-alasan.
        Guilford menyatakan secara lebih tegas bahwa kecerdasan dibentuk dari 30 faktor yang tidak sama yang kemudian menghasilkan 120 bentuk keterampilan yang berbeda. Guiford (1967) membedakan 3 macam kemampuan mental dasar yang terdiri dari : operation (tindakan dari berpikr), contents (istilah-istilah dari hal-hal yang dipikirkan seseorang seperti kata atau simbol), dan product (ide-ide yang dapat dihasilkan). Ada 5 operasi dalam kecerdasan yakni kognisi, ingatan, berpikir divergen, berpikir kovergen, dan evaluasi. Ada 6 macam produk kecerdasan yaitu unit-unit, kelas-kelas, hubungan-hubungan, sistem-sistem, transfor-masi, dan implikasi. Ada 5 macam konten dama kecerdasan yakni visual, auditori, simbolik, semantik, dan behavioral. 
        Guiford menggunakan prinsip-prinsip dalam mengukur kecerdasan sebagai berikut :
  1. Kerampilan menyampaikan alasan-alasan serta pemecahan masalah dan dibagi menjadi 30 kemampuan yang berbeda.
  2. Operasi-operasi ingatan bisa dibagi menjadi 30 keterampilanyang berbeda (perkalian dari 6, kemampuan produk dan kemampuan konten).
  3. Keterampilan membuat keputusan dan dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang berbeda.
  4. keterampilan terkait dengan bahasa dan dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang berbeda.
        
        Binet mengembangkan konsep Mental Age (MA) yakni level perkembangan masing-masing orang, sementara Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ) yakni usia mental seseorang dibagi dengan umur kronologisnya dikalikan 100,sehingga rumus tersebut menjadi IQ = MA atau CA kali 100 yang menjadi rumus penghitungan inteligensi.
        Stenberg (1986-2000) sudah menyampaikan bahwa kecerdasan muncul dalam tiga bentuk yakni analitis, kreatif, dan praktis. Dalam pandangan Stenberg, jika anak cerdas di tiga area atau dua area saja, anak-anak akan tetap dianggap sebagai anak yang cerdas.
         Howard Gardner menggagas teori multiple intelligences yang menyatakan bahwa ada delapan kecerdasan manusia, yakni sebagai berikut :
  1. Kecerdasan verbal (linguistic)
  2. Kecerdasan matematika (logical mathematical)
  3. Kecerdasan spasial (visual)
  4. Kecerdasan tubuh-kinestetik (bodily and kinesthetic)
  5. Kecerdasan musik (musical)
  6. Kecerdasan sosial (intrapersonal)
  7. Kecerdasan diri (interpersonal)
  8. Kecerdasan alam (naaturalistic)
https://i.pinimg.com/564x/e8/9b/e0/e89be0a9400ad877b125623b9f9c7ae0.jpg


               Anak-anak yang mempunyai kecerdasan matematika pandai berhitung. Anak yang mempunyai kecerdasan spasial pandai bermain tiga dimensi. Anak yang mempunyai kecerdasan musik sangat sensitif terhadap irama, nada, melodi dan suara. Anak yang mempunyai kecerdasan intrapersonal memiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri dan mengatur kehidupannya sendiri. Anak yang mempunyai kecerdasan interpersonal dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Anak yang mempunyai kecerdasan natural memiliki kemampuan dalam memperhatikan pola-pola alam yang baik dan memahami sistem lam serta sistem manusia.
        Kecerdasan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor internal dana faktor eksternal. Faktor internal yakni keturunan, kesehatan, minat dan bakat. Faktor eksternal antara lain urutan kelahiran anak. Anak pertama umumnya lebih cerdas dibandingkan adik-adiknya. Hal ini biasanya terjadi pada kelompok atau golongan dengan status sosial ekonomi rendah.

C. Perbedaan Gaya Belajar dan Gaya Berpikir
1. Gaya Belajar
        Gaya belajar ialah cara yang dipakai seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi itu. Pengertian lainnya ialah cara yang sering dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan serta memproses informasi tersebut. Gaya belajar setiap individu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut DePorter dan Hernacki (2002), gaya belajar merupakan campuran dari cara menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
        Pengenalan mengenai gaya belajar bisa membantu individu untuk menemukan cara belajar yang efektif. Ini dapat digunakan oleh guru untuk memaksimalkan gaya belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa baik. 
        Menurut DePorter dan Hernacki (2002) ada tiga modalitas belajar pada peserta didik yakni sebagai berikut :
 1. Gaya belajar visual
       Siswa yang bergaya belajar visual menggunakan penglihatan sebagai media belajar.
Orang dengan gaya belajar visual dapat dilihat pada Fitur berikut:
- Berbicara cukup cepat
- Memperhatikan pakaian
- Tidak mudah terganggu oleh kebisingan
- Ingat apa yang dilihat, bukan apa yang didengar
- Lebih suka membaca daripada dibacakan
- Pembaca yang cepat dan rajin
- Sering tahu harus berkata apa, tetapi tidak pandai memilih kata
- Lebih suka demonstrasi daripada pidato
- lebih suka musik daripada seni
- Kesulitan mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, sering minta orang lain untuk mengulang
- Selalu lihat bibir guru yang sedang mengajar
- Ketika instruksi diberikan untuk melakukan sesuatu, biasanya anak itu sendiri ini akan melihat temannya terlebih dahulu barulah bertindak
- Cenderung menggunakan tindakan fisik (ekspresi/ganti kata saat menyatakan sesuatu).
- Tidak terlalu suka berbicara di depan kelompok, juga tidak suka mendengarkan orang lain berbicara. 
- Sering mengalami kesulitan mengingat informasi yang diberikan secara langsung
- Lebih suka demonstrasi daripada penjelasan verbal.
- Tertib
- Kemampuan untuk membuat rencana jangka pendek yang baik
- komprehensif dan detail
- Ingat hal-hal berdasarkan asosiasi visual
- Mampu mengeja huruf dengan baik
- Kesulitan menerima instruksi verbal (jadi dia sering meminta pernyataan tertulis)
- Selalu merespon dengan baik saat menanggapi semuanya, selalu berhati-hati dan membutuhkan penjelasan tujuan yang menyeluruh dan berbagai hal terkait lainnya.
- Jika dia sedang menelepon, dia suka mencorat-coret tidak berarti ketika berbicara
- Selalu lupa menyampaikan informasi secara verbal kepada orang lain
- Sering menjawab pertanyaan dengan singkat "ya" atau jawaban
"tidak'.

        Strategi pembelajaran yang memudahkan proses belajar peserta didik yang memiliki gaya belajar visual yaitu menggunakan materi visual (gambar, diagram dan peta), menggunakan warna untuk memberi tanda, mengajak peserta didik membaca buku berilustrasi, menggunakan multi media (komputer, video dan televisi), mengajak mereka mengilustrasikan pemikiran ke dalam gambar, mengajak mereka pergi ke museum, perpustakaan dan tempat lain.

2. Gaya belajar auditori
        Siswa yang bergaya belajar auditori menggunakan pendengaran untuk mencapai kesuksesan dalam belajar. 
        Anak-anak yang memiliki gaya belajar auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Belajar dengan cara mendengar dan mengingat materi yang didiskusikan
- Berbicara dengan menggunakan irama yang berpola
- Mereka pembicara yang fasih
- Bisa mengulangi kembali, menirukan nada, berirama dan warna suara
- Tidak handal dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis
- Kurang bisa mengingat apa yang sudah dibaca
- Kurang mengamati hal-hal baru di lingkungannya, seperti adanya anak baru, papan pengumuman dan lain-lain.
- Kurang suka tugas membaca
- Lebih menyukai seni musik dibandingkan dengan seni yang lain
- Pandai mengeja dengan keras daripada menulis
- Senang mendengar apa yang dibaca oleh orang lain daripada membaca
- Suka gurauan secara lisan daripada membaca komik
- Dapat mengingat dengan baik materi yang didiskusikan di kelas atau dalam kelompok
- Memiliki masalah dengan tugas-tugas yang melibatkan visual
- Menemui kesulitan untuk menuliskan  sesuatu, tetapi sangat pandai bercerita
- Mengetahui banyak sekali lagu atau iklan di televisi, bahkan menirukan secara tepat dan komplit
- Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.
- Gampang merasa terganggu karena keributan
- Berpenampilan rapi
- Suka berbicara dengan diri sendiri saat bekerja
- Suka membaca dengan keras dan mendengarkan

        Strategi pembelajaran yang memudahkan anak dalam proses belajar yang bergaya auditori antara lain mengajak anak berpartisipasi dalam diskusi, mendukung anak untuk membaca dengan keras, menggunakan musik untuk belajar, mendiskusikan pendapat secara verbal, merekam materi ke dalam kaset lalu mendengarkannya dan mengusahakan suasana belajar yang tenang.

3. Kinestetik
        Kinestetik yaitu gaya belajar dengan cara bergerak, menyentuh dan bertindak. Ciri-ciri seseorang dengan gaya belajar kinestetik yaitu sebagai berikut :
-  Banyak melakukan gerakan fisik selama belajar
- Menggunakan bahasa tubuh
- Belajar dengan cara manipulasi dan praktik
- Berdiri dekat ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain
- Memiliki koordinasi tubuh yang baik
- Cenderung agak tertinggal dibandingkan temannya yang lain. 
- Mau melakukan segala hal
- Mempunyai perkembangan otot yang baik
- Kesulitan mempelajari hal-hal yang abstrak
- Memakai jari untuk menunjuk kata ketika membaca
- Memakai kata-kata yang mengandung aksi
- Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
- Menyentuh seseorang untuk mendapatkan perhatian
- Senang dengan buku-buku dan mencerminkan aksi melalui gerakan tubuh saat berbicara
- Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan
- Menemui kesulitan ketika menulis
- Berpenampilan rapi
- Suka mengerjakan sesuatu dengan memakai tangan
- Menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar
- Menyentuh segala sesuatu yang dilihat
- Sulit berdiam diri dalam jangka waktu lama
- Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika pernah berada di tempat tersebut
- Tidak gampang terganggu dengan keributan

        Strategi pembelajaran untuk peserta didik yang bergaya belajar auditori ialah mengajak peserta didik untuk mengekssplorasi lingkungan, menggunakan objek nyata untuk belajar sesuatu yang baru, mengizinkan anak untuk mengunyah permen karet saat belajar, menggunakan warna terang untuk menandai materi yang penting, mengizinkan anak belajar sambil mendengarkan musik, dan menggunakan komputer.

2. Perbedaan Gaya Berpikir
        Pembagian gaya berpikir yaitu gaya berpikir konvergen dan divergen. Gaya berpikir konvergen merupakan cara berpikir ke arah yang lebih sempit atau kecil, dengan kata lain dari global ke detail. Gaya berpikir ini dapat dijumpai pada peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori. Gaya berpikir divergen adalah cara berpikir dari arah yang sempit ke arah yang lebih luas, atau dengan kata lain dari detail ke arah global. Gaya berpikir ini dapat dijumpai pada peserta didik yang memiliki gaya belajar visual.
        Gregorc sebagaimana dikutip Conner (2007) mengungkapkan bahwa ada 4 gaya berpikir manusia yakni Abstract Squential, Concrete Squential, Abstract Random, dan Concrete Random. Berikut ialah penjelasan dari gaya berpikir tersebut :
a. Abstract Squential (Sekuensial Abstrak)
        Pemikir sekuensial abstrak bisa bekerja dengan baik ketika mereka memiliki referensi atau sumber yang dapat dibaca dan berbagai pendapat para ahli. Mereka selalu ingin memeriksa informasi dengan detail.
b. Concrete Squential (Sekuensial Konkrit)
        Pemikir sekuensial konkrit berpegang pada fakta atau kenyataan. Mereka tidak ingin berpikir yang tidak jelas arahnya dan berpikir dengan teratur.
c. Abstract Random (Acak Abstrak)
        Tipe orang dengan gaya berpikir acak abstrak seringkali diliputi oleh perasaan atau emosi. Mereka suka pada nuansa dan sebagian cenderung pada mistisme (dukun, paranormal ramalan).
d. Concrete Random (Acak Konkrit)
        Pemikir acak konkrit memiliki sikap eksperimental atau suka coba-coba yang diikuti oleh perilaku kurang terstruktur. Mereka lebih fokus pada proses daripada hasil.
        Pendapat lain tentang tipe gaya berpikir manusia dikemukakan oleh Santrock dengan mengutip dari Kagan, Marton, dkk. Gaya berpikir yang dikemukakan oleh Santrock ialah gaya impulsif atau reflektif dan gaya mendalam atau dangkal. Seseorang dengan gaya berpikir impulsif ialah peserta didik yang bertindak cepat. Sedangkan, seseorang dengan tipe gaya berpikir reflektif lebih banyak memakai waktu untuk merespon dan merenungkan akurasi dari jawaban.
        Gaya berpikir mendalam atau dangkal ialah gaya berpikir yang berlawanan arah. Peserta didik yang memiliki gaya berpikir mendalam (deep learner) akan mempelajari materi pelajaran dengan cara yang dapat membantu mereka untuk memahami makna-makna materi yang dipelajari. Sedangkan, peserta didik yang memiliki gaya berpikir dangkal (surface learner) hanya sekedar mencari apa yang mau dipelajari. (Marton dkk, dalam Santrock, 2008 : 156-157). 

D. Perbedaan Kepribadian
    Kepribadian ialah cara individu yang bersifat khas atau unik dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Allport (1937) mengemukakan pendapatnya tentang kepribadian. Ia menyatakan bahwa kepribadian ialah organisasi dinamis dalam diri seseorang yang berasal dari sistem psiko-fisikis yang menentukan keunikan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
        Eysenk (1916-1997) menyatakan bahwa kepribadian ialah seluruh pola perilaku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya. Eysenk menyatakan ada 3 dimensi kepribadian manusia yaitu introversi-ekstraversi, kestabilan emosi (emotional stability), dan ketidakstabilan emosi (emotional instability). Sedangkan, dimensi ketiga ialah psikotisme. 
    Campuran antara emosi stabil dan tidak stabil melahirkan tiga pola kepribadian yaitu introversi-ekstraversi, neuriotis, dan psikotis. Ketiga pola kepribadian itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ekstraversi-introversi
        Sifat-sifat utama ekstraversi ialah ramah, lincah, aktif, asertif, senang mencari sensasi, periang, dominan, dan senang berspekulasi. Sifat utama intraversi ialah anti sosial, pesimis, pendiam, pasif, suka ragu, overthinking, sedih, penurut, penakut, tertutup, suka damai, tenang dan terkontrol.
b. Neurotis
            Sifat-sifat yang dimiliki oleh orang neurotis ialah penuh kecemasan, depresi, merasa bersalah, percaya diri rendah, tegang, irasional, malu-malu, larut dalam suasana hati, dan emosional.
c. Psikotisme
        Sifat-sifat yang dimiliki oleh orang psikotisme antara lain dingin, agresif, egosentris, impersonal, implusif, tidak sosial, tidak memiliki empati, kreatif dan bebal.

E. Perbedaan Temperamen
        Temperamen ialah gaya tingkah laku individu dan caranya yang unik dalam menanggapi atau merespon sesuatu dan menentukan cara individu berpikir, bertindak dan merasa. 
        Santrock (2008:160) dengan mengutip Alexander Chess dan Stella Thomas mengungkapkan bahwa ada tiga jenis temperamen pada peserta didik yakni sebagai berikut :
a. Easy child (anak mudah) : memiliki perasaan (mood) positif, cepat membangun rutinitas, mudan beradaptasi dengan pengalaman atau hal-hal yang baru.
b. Difficult child (anak sulit) : memiliki perasaan cenderung bereaksi negatif, agresif, kurang kontrol diri sendiri, dan lama menyesuaikan diri dengan pengalaman atau hal-hal yang baru.
c. Slow-to-warm child (anak lambat bersikap hangat) : anak tipe ini selalu beraktivitas lamban, bersikap negatif, lambat beradaptasi, dan memiliki perasaan dominan rendah.
        
        


        

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN MORAL PESERTA DIDIK

MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN KOGNITIF YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN FISIK YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA