MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN SOSIAL PELAJAR TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Nama    : Elisabet Trivonia Primavita Anggun

Kelas    : II C


    Perkembangan Sosial


    Perkembangan sosial peserta didik dipahami sebagai sebuah kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama. Perkembangan sosial peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keluarga, kematangan fisik dan psikis, status sosial ekonomi, pendidikan, dan kapasitas mental. 

    Anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dalam perkembangan sosial mereka memiliki masalah-masalah yang seharusnya menjadi perhatian orang tua, guru dan lingkungan masyarakat. Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti. Anak-anak menerima perlakuan buruk bullying dalam bentuk pemberian kata-kata kasar berupa penyebutan  nama anggota keluarga dan perlakuan buruk lain yang telah mereka terima di lingkungan sekolah mereka masing-masing. Anak-anak terkadang memberitahu orang tua mengenai perlakuan buruk yang mereka terima. Akan tetapi, orang tua tidak memberikan respon yang dapat menenangkan emosi serta dorongan agar mental anak tidak terpengaruh. Selain itu, ada anak-anak yang mendapat kekerasan fisik di sekolah dalam bentuk pukulan ke wajah, atau anggota badan yang lain. Guru mereka disekolah saat mendapat laporan mengenai permasalahan tersebut hanya diam saja. Ada anak-anak yang bersikap bodoh amat dengan perlakuan buruk yang mereka terima, sehingga mereka memiliki batasan untuk berteman. Mereka tidak ingin berinteraksi dengan pelaku pembullyian. Bullying bisa menyebabkan rendahnya tingkat kehadiran di sekolah, menurunnya nilai akademik siswa, menurunnya IQ siswa, hilangnya kepercayaan diri, depresi, dan menyebabkan tingginya angka kenakalan remaja. Seorang siswa yang mengalami tindakan bullying umumnya akan malas untuk berangkat ke sekolah

    Adapula solusi yang diberikan untuk permasalahan ini yakni sebagai berikut :

  • Guru dan orang tua dalam kasus bullying ini sangat berperan penting. Orang tua memberi nasihat kepada anak-anak yang menjadi korban atau pun pelakunya bahwa hal tidak baik untuk dilakukan. 
  • Tunjukan empati. Bantu anak yang mendapat bullyan untuk membela dirinya sendiri. Tanyakan pula kepada anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa aman karena bullying ini merupakan masalah serius dan perlu diperhatikan.
  • Sebagai calon guru ketika ada kasus seperti ini sebaiknya kita langsung mencegah mereka  dan menasihati mereka baik pelaku dan korbannya serta mengajar mereka  untuk saling memaafkan.


2. Penggunaan gadget berlebihan (game dan Facebook)

    Handphone pada dasarnya dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah, berkomunikasi tanpa harus bertatapan muka, menghibur serta banyak sekali manfaat lain yang dapat diperoleh dari handphone. Namun, seiring berjalannya waktu ditambah lagi oleh pandemi Covid-19 yang membuat semua orang harus berkomunikasi secara online, handphone bukan hanya sebagai media untuk membantu manusia, tapi membawa dampak buruk terlebih khusus anak-anak. Setelah anak-anak memiliki handphone pribadi, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain games serta Facebook daripada bermain bersama teman-teman sekompleks seperti biasanya sebelum mereka memiliki handphone. Setelah bangun tidur, hal pertama yang anak-anak lakukan adalah bermain handphone bukannya berdoa. Selain itu, mereka jadi malas berinteraksi dengan orang-orang di dalam rumah. Ketika orang tua memanggil mereka, mereka menjadi malas untuk menjawab, mereka cenderung diam. Anak-anak juga malas berinteraksi dengan orang tua. Namun, orang tua hanya membiarkan anak-anak mereka hanya bermain handphone seharian di rumah. Selain itu ketika mereka berada di keramaian atau bersama sekumpulan anak sebaya mereka, mereka lebih asyik bermain handphone ketimbang berbicara atau bermain dengan teman-teman mereka. Ada juga anak-anak yang menghabiskan waktunya lebih banyak untuk bermain Tik-Tok ketimbang bersosialisasi dengan lingkungannya. Ada juga anak-anak yang malas bergaul, hanya asyik bermain gadget. 

    Solusi bagi permasalahan tersebut yakni sebagai berikut: 

  • Buat jadwal khusus untuk bermain gadget : Tentukan jadwal khusus untuk bermain gadget dan pastikan anak-anak mengikuti jadwal tersebut. Misalnya, anak-anak hanya diperbolehkan bermain gadget selama satu jam setiap hari dan hanya di waktu yang telah ditentukan.
  • Sediakan alternatif kegiatan yang menyenangkan: Berikan alternatif kegiatan yang menyenangkan untuk menggantikan waktu yang biasanya digunakan untuk bermain gadget. Misalnya, mengajak anak-anak bermain di luar ruangan, membaca buku, atau bermain permainan tradisional.
  • Libatkan anak-anak dalam kegiatan keluarga: Mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan keluarga seperti memasak, berkebun, atau berkumpul bersama dapat membantu mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget.
  • Berikan contoh yang baik: Jangan terlalu sering menggunakan gadget di depan anak-anak. Berikan contoh yang baik dengan menghabiskan waktu bersama mereka dalam kegiatan yang tidak melibatkan gadget.
  • Berbicaralah dengan anak-anak: Ajak anak-anak untuk berbicara tentang dampak yang bisa ditimbulkan dari bermain gadget secara berlebihan. Berikan pemahaman pada anak-anak bahwa gadget tidak selalu dibutuhkan dalam setiap waktu.

    Dengan menerapkan solusi-solusi tersebut, diharapkan dapat membantu mengatasi anak-anak yang bermain gadget secara berlebihan dan mengembalikan keseimbangan dalam kegiatan sehari-hari mereka.



3. Stigma berasal dari bahasa Inggris yang berarti noda atau cacat. Stigma ialah tanggapan negatif dari masyarakat terhadap sesuatu. Ada suatu jenis stigma yaitu FELT OR RECEIVED STIGMA dimana orang dapat merasakan stigma terhadap dirinya dan takut berada di lingkungan komunitas. Dalam hal ini, peserta didik Sekolah Dasar menyatakan bahwa ada stigma tentang diri mereka dari lingkungan tempat tinggal mereka atau masyarakat yang dapat menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka tidak kondusif untuk dapat mengembangkan aspek perkembangan sosial mereka. Masyarakat di lingkungan sekitar mengatakan bahwa anak-anak memiliki orang tua yang tidak tahu mengurus anak, kotor dan rambut mereka juga banyak kutu. Pendapat yang diberikan secara tidak baik tersebut membuat mental anak-anak ini melemah. Mereka menjadi stres, memiliki beban pikiran, dan takut untuk berada di dalam komunitas masyarakat. Hal ini berpengaruh pada pendidikan mereka. Stres, mental melemah dan beban pikiran menjadikan mereka tidak fokus untuk belajar. Bahkan, mereka tidak mampu menangkap informasi dalam pelajaran dengan cepat karena emosi yang belum dapat mereka kontrol dan mental yang melemah untuk bersosialisasi di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. 

    Dari permasalahan yang ada dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya anak-anak tidak diajarkan gaya hidup sehat sehingga masyarakat memberikan stigma yang negatif kepada mereka. Oleh sebab itu, ada beberapa solusi yang menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut, yakni sebagai berikut :

  • Mengenai keadaan tubuh yang kotor, sebaiknya orang tua mengajarkan kepada anak untuk mandi 2 kali sehari. Mandi 2 kali sehari selain membuat anak terbebas dari stigma negatif, hal ini dapat menghindarkan anak dari penyakit.
  • Mengenai keadaan rambut yang menjadi sarang kutu tersebut, solusinya yaitu agar anak diajarkan untuk terbiasa keramas 2 kali dalam seminggu, hari Rabu atau di hari Sabtu. Rambut yang kotor membuat kutu rambut merasa nyaman dan membuat rambut menjadi sarang atau tempat tinggal mereka, sehingga jalan keluar dari permasalahan ini ialah sering membersihkan rambut. Selain itu, penggunaan santan kelapa juga menjadi cara yang tepat agar anak terbebas dari kutu rambut.
  • Mengenai stigma tentang orang tua yang tidak tahu mengurus anak, orang tua harusnya dapat menjalankan tanggung jawab mereka dengan baik. Mereka harus dapat menjadi contoh atau teladan baik anak agar anak dapat hidup dengan gaya hidup yang sehat. Selain itu, orang tua harus mengajarkan kepada anak dan membantu anak agar anak bersih setiap hari.
https://i.pinimg.com/564x/02/9c/57/029c5725798f3d7f247539f15af21510.jpg


4. Cara Pergaulan
     Ada perbedaan dalam cara pergaulan antara peserta didik Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Perbedaan tersebut bergantung pada didikan orang tua mereka dan kepribadian mereka sendiri. Ada orang tua yang mendidik anak-anak untuk berteman dengan orang yang sopan, tidak nakal, atau tidak suka mengucap kata-kata yang kurang sopan, karena jika mereka bergaul dengan orang seperti itu maka mereka akan seperti anak-anak tersebut, sebaliknya jika mereka berteman dengan orang yang baik (pintar) mereka juga akan menjadi demikian. 
    Anak Sekolah Menengah Pertama memiliki kepribadian ekstrovert sehingga banyak bicara dan suka bergaul, mereka akan berteman dengan anak-anak yang sehobi, punya selera yang sama, sepemikiran dengan mereka, dan yang bikin mereka nyaman. Sehingga, pertemanan mereka itu 
biasanya berupa kelompok yang kita kenal dengan istilah circle. Jika tidak demikian mereka akan merasa sendirian karena tidak ada teman yang cocok. 
    Hal ini sangat jauh berbeda dengan anak SD yang mau berteman dengan siapa saja yang buat mereka nyaman, namun mereka bilang mereka memiliki sedikit teman. Hal tersebut dipengaruhi oleh rasa trauma dan kemalasan untuk bergaul. Rasa trauma itu disebabkan oleh perlakuan buruk yang diterima serta ketika berkomunikasi hanya bermain handphone tanpa ingin berbicara sedikit pun.
Ada anak-anak yang memang pada dasarnya tidak suka bergaul dan dibatasi pergaulannya. Hal ini menyebabkan anak menjadi pendiam, penurut, malas bergaul karena kurangnya komunikasi dalam keluarga sehingga semangat sosialisasi memudar.
Ada pula anak-anak yang introvert, hanya diam di rumah dan bermain bersama teman jika temannya berkunjung ke rumah.
   Jadi kesimpulannya cara pergaulan peserta didik Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dipengaruhi oleh didikan orang tua mereka dan kepribadian mereka sendiri. Kemudian apa pengaruhnya pada pendidikan mereka? Cara mereka bergaul berpengaruh terhadap perkembangan relasi mereka dengan teman-teman dan guru di sekolah. Bagi anak yang ektrovert mereka akan terbuka dengan siapa saja, sehingga jika ada tugas kelompok maka dengan mudahnya mereka berkomunikasi, juga tidak ragu atau canggung berbicara dengan guru, dan lebih aktif di kelas. Sementara mereka yang introvert lebih tertutup, tenang, dan tidak banyak bicara. Mereka cenderung didekati teman dari pada mendekati teman. Hal ini menyebabkan mereka memiliki relasi yang kecil. Selain itu didikan orang tua mereka menyebabkan mereka hanya berteman dengan sebagian anak yang positif saja. 
    Dari beberapa permasalahan tersebut, solusi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut;
  • Peran orang tua: Dalam hal kepribadian anak, khususnya bagi yang introvert, orang tua di sini mesti lebih ekstra dalam menyadarkan anak akan pentingnya bersosialisasi, mengingat manusia adalah makhluk sosial atau membutuhkan  orang lain. Ajarkan anak untuk lebih terbuka, misalnya dengan sering berkomunikasi terbuka dengan mereka atau bermain bersama mereka, dan menjadi pendengar yang baik. Ajak mereka untuk mengenal lingkungan dan orang-orang baru. Hal ini dilakukan secara konsisten. Dengan demikian seiring berjalannya waktu mereka akan terbuka, dan merasa bahwa berkomunikasi dengan orang lain itu penting. Nah dari sinilah mereka terpengaruh untuk mau bersosialisasi. 



5. Diskriminasi
      Diskriminasi ialah sebuah perilaku atau tindakan yang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk menyudutkan orang lain dan memberi perlakuan yang berbeda yang membatasi seseorang dengan orang lain. Diskriminasi dapat terjadi di lingkungan sekolah. Di sekolah, terdapat berbagai kasus diskriminasi seperti guru hanya mengutamakan anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi (pintar), dibandingkan anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif rendah. Guru mengutamakan golongan anak-anak pintar dengan memberikan pujian dan merespon setiap tanggapan dan pertanyaan yang disampaikan oleh kelompok anak-anak ini. Akibat dari hal tersebut ialah anak-anak menjadi takut untuk bertanya serta tidak memiliki niat untuk menjawab pertanyaan. Hal ini tentunya berakibat pada pendidikan mereka. Selain itu, ada anak-anak yang diasingkan oleh teman-teman di sekolah karena selalu ingin menjadi yang utama dan suka memarahi teman sehingga teman-temannya merasa bosan dan menjauhi dia. Hal ini tentunya berakibat pada pendidikannya yakni ketika ada tugas, anak-anak akan kesusahan untuk mencari informasi yang detail dan bertanya karena teman-teman mereka menjauhi mereka.
    Solusi bagi permasalahan di atas adalah sebagai berikut :
  • Guru wajib menyamaratakan setiap siswa. Anak yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah seharusnya lebih diutamakan dibanding anak-anak yang pintar, sebab mereka tentunya membutuhkan ilmu pengetahuan juga.
  • Ego harus diturunkan dan respect pada orang lain. 
  • Berani mendengar dan menghargai.
  • Merubah sikap buruk menjadi lebih baik lagi
https://i.pinimg.com/564x/4e/69/68/4e696852e2ac9d77ee1ee5b589a67281.jpg


6. Insecure
     Insecure secara umum dikenal sebagai sebuah ketidakpercayaan yang ada di dalam diri seseorang. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki rasa insecure di dalam diri mereka. Insecure dapat dimaknai sebagai keadaan yang positif dan juga negatif. Insecure jika dimaknai sebagai sebuah keadaan yang positif dapat berupa sebuah kondisi di mana seseorang merasa bahwa ia memiliki sesuatu yang kurang di dalam dirinya, sedangkan di dalam diri orang lain terdapat hal yang ia tidak miliki. Sebagai contoh, ketika ia melihat seseorang yang pintar, ia malu dan tidak percaya diri serta menganggap bahwa ia lemah. Situasi atau kondisi itu dapat dianggap sebagai insecure yang positif ketika ia menyadari keadaannya yang "kurang", sehingga ia berusaha untuk merubahnya menjadi lebih baik. Itu dapat berupa upayanya untuk mencari pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Insecure dapat dimaknai sebagai sesuatu yang negatif apabila seseorang merasa percaya diri sehingga dapat menghambat relasi seseorang dengan orang lain. Itu disebabkan karena orang insecure merasa tidak percaya dengan dirinya sendiri dan tidak ingin menjadi pusat perhatian. Insecure dengan tipe seperti ini harus dihindari. 
      Penyebab munculnya insecure berbeda-beda, antara lain sebagai berikut :
  1. Lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang seperti lingkungan keluarga yang tidak memberikan motivasi untuk bergerak maju, lingkungan sekolah yang selalu mendiskriminasi termasuk lingkungan masyarakat yang tidak mendorong anak untuk berelasi dengan baik tanpa membuat anak merasa tidak percaya diri.
  2. Mendapat kegagalan atau penolakan. Kegagalan atau penolakan tersebut dapat berupa sikap guru yang lebih memilih anak yang pintar dibanding anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Penolakan terjadi ketika anak bertanya, tapi guru tidak mendengarkan pertanyaan atau tanggapan siswa. Penolakan dalat berupa penolakan di kelompok saat ingin mengerjakan tugas karena faktor finansial atau fisik. 
  3. Dipandang remeh oleh orang lain
  4. Segala sesuatu ingin diselesaikan dengan sempurna
  5. Mendapat bullying
      Pengertian insecure secara garis besar adalah suatu pembawaan berupa tidak percaya diri sehingga seseorang merasa selalu cemas, gelisah, dan takut dalam menghadapi sesuatu atau orang lain. Mengenai hal tersebut, anak-anak Sekolah Menengah Pertama lebih paham soal insecure mengingat mereka sudah beranjak remaja yang pemikirannya sudah lebih luas dan terkadang lebih labil ketimbang anak Sekolah Dasar. Remaja sering merasa insecure dengan remaja seumuran mereka yang lebih cantik, lebih pintar dan lebih berprestasi. Tentu saja hal itu berpengaruh pada pendidikan anak. Mereka menjadi lebih diam ketika berada dalam satu kelompok dengan anak-anak lain yang menurut mereka lebih baik ketimbang diri mereka sendiri. Sementara itu, anak-anak yang tidak merasa insecure dapat berteman dengan siapa pun, tidak merasa canggung untuk berinteraksi dengan siapa saja entah laki-laki atau perempuan.
     Satu hal yang perlu disyukuri ialah ketika anak-anak merasa insecure ketika ada teman yang pintar, tapi berpikir bahwa hal itu biasa saja. Dia dapat berteman dengan siapa pun, termasuk orang yang membuat dia merasa insecure. Itu bahkan dapat mengembangkan aspek kognitifnya karena termotivasi dari orang lain.
      Solusi bagi permasalahan insecure antara lain sebagai berikut :
  • Selalu mengucapkan terima kasih. Hal itu dapat membuat kita bersyukur dam terhindar dari rasa insecure.
  • Membuang pikiran negatif. Pikirkan tentang apa yang bisa kita dapat setelah kita melakukan itu. Percaya dirilah dengan segala sesuatu yang ingin kita capaii.
  • Menilai sebuah hubungan. Kita harus tahu apakah hubungan kita antara keluarga, teman di sekolah atau kampus, hubungan asmara dan hubungan masyarakat di lingkungan sekitar kita dapat membawa dampak buruk atau tidak. Pikirkan untuk berhubungan dengan orang yang membuat anda merasa nyaman saja dan membuat anda merasa diterima.
  • Mengubah perilaku. Kurangi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri.
  • Membuka diri terhadap relasi atau lingkungan baru yang dapat memberikan dampak yang baim agar terhindar dari insecure.

https://i.pinimg.com/564x/4c/60/15/4c6015feb07d5f76c7b7f47e7bd8e18c.jpg


7. Strict Parents
     Strict Parents ialah situasi atau keadaan dimana orang tua memiliki standar tinggi terhadap anak dan sering menuntut anak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan orang tua. Orang tua beranggapan bahwa dengan bersikap ketat terhadap anak akan membuat anak memiliki masa depan yang cerah, disiplin dan hidup teratur. Akan tetapi, tipe orang tua seperti itu ialah tipe pengasuhan yang negatif bagi perkembangan anak, terlebih khusus pada aspek sosial mereka.
     Peraturan yang dibuat oleh orang tua dengan tipe strict parents biasanya peraturan yang dibuat sewenang-wenang tanpa memikirkan perasaan anak. Opini, pendapat dan ide anak dibungkam karena kondisi seperti itu. Anak-anak perempuan seringkali lebih banyak dituntut oleh orang tua untuk diam di dalam rumah saja serta mendapat didikan yang sangat keras. Contohnya, tidak boleh keluar pada malam hari dan tidak boleh pulang lama, lebih dari waktu yang sudah ditentukan oleh orang tua. Lebih parahnya, anak-anak dituntut agar tidak boleh bermain dengan anak-anak di lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan oleh argumen orang tua bahwa orang tua tidak ingin anak mereka terpengaruh oleh moral, etika dan sifat buruk dari lingkungan sekitar. Sementara, anak-anak dalam pertumbuhan mereka ingin bebas, apalagi anak-anak Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar yang masih harus belajar untuk bersosialisasi dalam perkembangan mereka menuju ke masa dewasa serta masih mencari jati diri. 
     Orang tua yang mengekang anak dan mengharuskan anak untuk bekerja di rumah daripada bersosialisasi dapat menyebabkan beberapa hal berikut ini terjadi dalam perkembangan sosial anak-anak :
  1. Tidak tahu bagaimana cara merespon lawan bicara
  2. Merasa takut ketika bertemu orang baru
  3. Nilai pengetahuan serta keterampilan di sekolah menurun karena dikekang untuk berada di dalam rumah, tanpa mengerjakan tugas kelompok
  4. Sulit untuk berkomunikasi (beraksi terlebih dahulu untuk memulai percakapan)
  5. Anak menjadi tidak bahagia
  6. Depresi
  7. Malu bersosialisasi
  8. Memungkinkan anak untuk berbohong
  9. Membuat anak menjadi pembully di sekolah
  10. Anak tidak memiliki kepercayaan diri
     Beberapa dampak di atas harus segera diatasi atau dicegah dengan solusi sebagai berikut :
  • Orang tua perlu mengisi energi dengan hal-hal yang lebih positif serta memperbaiki mental untuk tidak harus selalu menuntut anak ketika di rumah.
  • Anak-anak mestinya mencoba untuk memahami bahwasannya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak, jadi berilah anak pemahaman tanpa berkata kasar. Pelan tapi pasti.
  • Orang tua dapat membaca buku terkait tentang pola asuh yang baik. Anak juga bisa memberikan itu sebagai hadiah untuk orang tua agar hubungan antara orang tua dan anak baik-baik saja.
                                  


8. Pemalu
     Malu ialah kebiasaan adanya perasaan canggung atau tidak nyaman yang hadir dan dirasakan oleh seseorang yang disebabkan karena situasi, lingkungan, atau orang baru dalam bentuk ketakutan tentang keyakinan yang diyakini sebagai apa yang dipikirkan oleh orang lain. Rasa malu menghambat seseorang untuk melakukan atau menanyakan tentang sesuatu yang ingin dia lakukan. 

     Rasa malu pada dasarnya bermanfaat untuk manusia seperti dengan adanya rasa malu dapat membuat seseorang untuk berpikir dua kali sebelum bertindak. Namun, rasa malu diyakini sebagai "sesuatu" yang negatif ketika rasa malu itu memiliki gejala yang mengganggu perasaan manusia dan menghambat seseorang untuk berinteraksi. Gejala-gejala tersebut antara lain wajah memerah, keringat, jantung berdebar, sakit serta perasaan negatif tentang diri sendiri, khawatir bagaimana orang lain memandang diri seseorang, dan kecenderungan untuk menghindar dari interaksi sosial. 
    Pada anak Sekolah Menengah Pertama, mereka menjadi pemalu sebab mereka telah memasuki usia remaja, dimana mereka telah mengenal lawan jenis. Selain itu, anak-anak juga menjadi pemalu dikarenakan dijauhi oleh teman-teman mereka saat berada di sekolah. Perasaan malu hadir dalam diri seseorang karena disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan keluarga yang memiliki keadaan finansial yang kurang, lingkungan sekolah yang menghambat siswa dengan meremehkan kemampuan siswa serta lingkungan masyarakat yang menjauhi anak-anak untuk berinteraksi. Rasa malu menghambat anak-anak untuk berinteraksi sehingga dapat menghambat proses pendidikan mereka. Anak-anak menjadi malu untuk bertanya, mengemukakan pendapat, memberikan ide yang sebenarnya membangun, serta malu ketika berada di dalam kelompok kerja sehingga menghambat anak untuk berproses dengan baik. 
     Beberapa hal diatas diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
  1. Sering berdialog dengan diri sendiri dengan cara yang positif seperti mengatakan pada diri sendiri bahwa "kamu bisa dan kamu mampu melakukannya. Cobalah untuk lebih berani."
  2. Meragukan rasa malu bahwa rasa malu dapat menghambat proses kita untuk berkembang lebih baik.
  3. Tempatkan diri ke lingkungan yang membangun. Orang-orang yang berada di sekitar kita dapat mempengaruhi perilaku dan cara berpikir. Oleh sebab itu, hindari orang-orang yang membuat kita tidak bisa berkembang.
  4. Teruslah berlatih dengan cara terus memberikan pertanyaan dan ide di dalam kelas. Sebelum itu, munculkan rasa berani terlebih dahulu.
  5. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. "Saya adalah saya yang berbeda dati mereka". Saya berproses di jalan saya sendiri, saya harus menghindari mereka yang tidak dapat membuat saya berproses dengan baik.



     Rasa malu, insecure, cara pergaulan, bullying, stigma masyarakat, strict parents, pemalu, dan pengaruh gadget ialah masalah-masalah pada perkembangan sosial anak-anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan guru tempatkanlah diri menjadi orang yang berguna bagi perkembangan sosial anak, jangan menghambat mereka untuk berubah dan berkembang ke arah yang baik. Kita juga harus dapat menempatkan diri sebaik mungkin dengan berbuat baik dan menghindari pengaruh buruk yang datang dari dalam diri sendiri dan orang lain.
   






    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN FISIK YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN KOGNITIF YANG DIALAMI OLEH PESERTA DIDIK TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PERBEDAAN-PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK