MASALAH-MASALAH PADA PERKEMBANGAN SOSIAL PELAJAR TINGKAT SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Nama : Elisabet Trivonia Primavita Anggun
Kelas : II C
Perkembangan sosial peserta didik dipahami sebagai sebuah kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama. Perkembangan sosial peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu keluarga, kematangan fisik dan psikis, status sosial ekonomi, pendidikan, dan kapasitas mental.
Anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dalam perkembangan sosial mereka memiliki masalah-masalah yang seharusnya menjadi perhatian orang tua, guru dan lingkungan masyarakat. Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti. Anak-anak menerima perlakuan buruk bullying dalam bentuk pemberian kata-kata kasar berupa penyebutan nama anggota keluarga dan perlakuan buruk lain yang telah mereka terima di lingkungan sekolah mereka masing-masing. Anak-anak terkadang memberitahu orang tua mengenai perlakuan buruk yang mereka terima. Akan tetapi, orang tua tidak memberikan respon yang dapat menenangkan emosi serta dorongan agar mental anak tidak terpengaruh. Selain itu, ada anak-anak yang mendapat kekerasan fisik di sekolah dalam bentuk pukulan ke wajah, atau anggota badan yang lain. Guru mereka disekolah saat mendapat laporan mengenai permasalahan tersebut hanya diam saja. Ada anak-anak yang bersikap bodoh amat dengan perlakuan buruk yang mereka terima, sehingga mereka memiliki batasan untuk berteman. Mereka tidak ingin berinteraksi dengan pelaku pembullyian. Bullying bisa menyebabkan rendahnya tingkat kehadiran di sekolah, menurunnya nilai akademik siswa, menurunnya IQ siswa, hilangnya kepercayaan diri, depresi, dan menyebabkan tingginya angka kenakalan remaja. Seorang siswa yang mengalami tindakan bullying umumnya akan malas untuk berangkat ke sekolah
Adapula solusi yang diberikan untuk permasalahan ini yakni sebagai berikut :
- Guru dan orang tua dalam kasus bullying ini sangat berperan penting. Orang tua memberi nasihat kepada anak-anak yang menjadi korban atau pun pelakunya bahwa hal tidak baik untuk dilakukan.
- Tunjukan empati. Bantu anak yang mendapat bullyan untuk membela dirinya sendiri. Tanyakan pula kepada anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa aman karena bullying ini merupakan masalah serius dan perlu diperhatikan.
- Sebagai calon guru ketika ada kasus seperti ini sebaiknya kita langsung mencegah mereka dan menasihati mereka baik pelaku dan korbannya serta mengajar mereka untuk saling memaafkan.
Handphone pada dasarnya dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah, berkomunikasi tanpa harus bertatapan muka, menghibur serta banyak sekali manfaat lain yang dapat diperoleh dari handphone. Namun, seiring berjalannya waktu ditambah lagi oleh pandemi Covid-19 yang membuat semua orang harus berkomunikasi secara online, handphone bukan hanya sebagai media untuk membantu manusia, tapi membawa dampak buruk terlebih khusus anak-anak. Setelah anak-anak memiliki handphone pribadi, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain games serta Facebook daripada bermain bersama teman-teman sekompleks seperti biasanya sebelum mereka memiliki handphone. Setelah bangun tidur, hal pertama yang anak-anak lakukan adalah bermain handphone bukannya berdoa. Selain itu, mereka jadi malas berinteraksi dengan orang-orang di dalam rumah. Ketika orang tua memanggil mereka, mereka menjadi malas untuk menjawab, mereka cenderung diam. Anak-anak juga malas berinteraksi dengan orang tua. Namun, orang tua hanya membiarkan anak-anak mereka hanya bermain handphone seharian di rumah. Selain itu ketika mereka berada di keramaian atau bersama sekumpulan anak sebaya mereka, mereka lebih asyik bermain handphone ketimbang berbicara atau bermain dengan teman-teman mereka. Ada juga anak-anak yang menghabiskan waktunya lebih banyak untuk bermain Tik-Tok ketimbang bersosialisasi dengan lingkungannya. Ada juga anak-anak yang malas bergaul, hanya asyik bermain gadget.
Solusi bagi permasalahan tersebut yakni sebagai berikut:
- Buat jadwal khusus untuk bermain gadget : Tentukan jadwal khusus untuk bermain gadget dan pastikan anak-anak mengikuti jadwal tersebut. Misalnya, anak-anak hanya diperbolehkan bermain gadget selama satu jam setiap hari dan hanya di waktu yang telah ditentukan.
- Sediakan alternatif kegiatan yang menyenangkan: Berikan alternatif kegiatan yang menyenangkan untuk menggantikan waktu yang biasanya digunakan untuk bermain gadget. Misalnya, mengajak anak-anak bermain di luar ruangan, membaca buku, atau bermain permainan tradisional.
- Libatkan anak-anak dalam kegiatan keluarga: Mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan keluarga seperti memasak, berkebun, atau berkumpul bersama dapat membantu mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget.
- Berikan contoh yang baik: Jangan terlalu sering menggunakan gadget di depan anak-anak. Berikan contoh yang baik dengan menghabiskan waktu bersama mereka dalam kegiatan yang tidak melibatkan gadget.
- Berbicaralah dengan anak-anak: Ajak anak-anak untuk berbicara tentang dampak yang bisa ditimbulkan dari bermain gadget secara berlebihan. Berikan pemahaman pada anak-anak bahwa gadget tidak selalu dibutuhkan dalam setiap waktu.
Dengan menerapkan solusi-solusi tersebut, diharapkan dapat membantu mengatasi anak-anak yang bermain gadget secara berlebihan dan mengembalikan keseimbangan dalam kegiatan sehari-hari mereka.
3. Stigma berasal dari bahasa Inggris yang berarti noda atau cacat. Stigma ialah tanggapan negatif dari masyarakat terhadap sesuatu. Ada suatu jenis stigma yaitu FELT OR RECEIVED STIGMA dimana orang dapat merasakan stigma terhadap dirinya dan takut berada di lingkungan komunitas. Dalam hal ini, peserta didik Sekolah Dasar menyatakan bahwa ada stigma tentang diri mereka dari lingkungan tempat tinggal mereka atau masyarakat yang dapat menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka tidak kondusif untuk dapat mengembangkan aspek perkembangan sosial mereka. Masyarakat di lingkungan sekitar mengatakan bahwa anak-anak memiliki orang tua yang tidak tahu mengurus anak, kotor dan rambut mereka juga banyak kutu. Pendapat yang diberikan secara tidak baik tersebut membuat mental anak-anak ini melemah. Mereka menjadi stres, memiliki beban pikiran, dan takut untuk berada di dalam komunitas masyarakat. Hal ini berpengaruh pada pendidikan mereka. Stres, mental melemah dan beban pikiran menjadikan mereka tidak fokus untuk belajar. Bahkan, mereka tidak mampu menangkap informasi dalam pelajaran dengan cepat karena emosi yang belum dapat mereka kontrol dan mental yang melemah untuk bersosialisasi di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Dari permasalahan yang ada dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya anak-anak tidak diajarkan gaya hidup sehat sehingga masyarakat memberikan stigma yang negatif kepada mereka. Oleh sebab itu, ada beberapa solusi yang menjadi jalan keluar dari permasalahan tersebut, yakni sebagai berikut :
- Mengenai keadaan tubuh yang kotor, sebaiknya orang tua mengajarkan kepada anak untuk mandi 2 kali sehari. Mandi 2 kali sehari selain membuat anak terbebas dari stigma negatif, hal ini dapat menghindarkan anak dari penyakit.
- Mengenai keadaan rambut yang menjadi sarang kutu tersebut, solusinya yaitu agar anak diajarkan untuk terbiasa keramas 2 kali dalam seminggu, hari Rabu atau di hari Sabtu. Rambut yang kotor membuat kutu rambut merasa nyaman dan membuat rambut menjadi sarang atau tempat tinggal mereka, sehingga jalan keluar dari permasalahan ini ialah sering membersihkan rambut. Selain itu, penggunaan santan kelapa juga menjadi cara yang tepat agar anak terbebas dari kutu rambut.
- Mengenai stigma tentang orang tua yang tidak tahu mengurus anak, orang tua harusnya dapat menjalankan tanggung jawab mereka dengan baik. Mereka harus dapat menjadi contoh atau teladan baik anak agar anak dapat hidup dengan gaya hidup yang sehat. Selain itu, orang tua harus mengajarkan kepada anak dan membantu anak agar anak bersih setiap hari.
- Peran orang tua: Dalam hal kepribadian anak, khususnya bagi yang introvert, orang tua di sini mesti lebih ekstra dalam menyadarkan anak akan pentingnya bersosialisasi, mengingat manusia adalah makhluk sosial atau membutuhkan orang lain. Ajarkan anak untuk lebih terbuka, misalnya dengan sering berkomunikasi terbuka dengan mereka atau bermain bersama mereka, dan menjadi pendengar yang baik. Ajak mereka untuk mengenal lingkungan dan orang-orang baru. Hal ini dilakukan secara konsisten. Dengan demikian seiring berjalannya waktu mereka akan terbuka, dan merasa bahwa berkomunikasi dengan orang lain itu penting. Nah dari sinilah mereka terpengaruh untuk mau bersosialisasi.
- Guru wajib menyamaratakan setiap siswa. Anak yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah seharusnya lebih diutamakan dibanding anak-anak yang pintar, sebab mereka tentunya membutuhkan ilmu pengetahuan juga.
- Ego harus diturunkan dan respect pada orang lain.
- Berani mendengar dan menghargai.
- Merubah sikap buruk menjadi lebih baik lagi
- Lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang seperti lingkungan keluarga yang tidak memberikan motivasi untuk bergerak maju, lingkungan sekolah yang selalu mendiskriminasi termasuk lingkungan masyarakat yang tidak mendorong anak untuk berelasi dengan baik tanpa membuat anak merasa tidak percaya diri.
- Mendapat kegagalan atau penolakan. Kegagalan atau penolakan tersebut dapat berupa sikap guru yang lebih memilih anak yang pintar dibanding anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Penolakan terjadi ketika anak bertanya, tapi guru tidak mendengarkan pertanyaan atau tanggapan siswa. Penolakan dalat berupa penolakan di kelompok saat ingin mengerjakan tugas karena faktor finansial atau fisik.
- Dipandang remeh oleh orang lain
- Segala sesuatu ingin diselesaikan dengan sempurna
- Mendapat bullying
- Selalu mengucapkan terima kasih. Hal itu dapat membuat kita bersyukur dam terhindar dari rasa insecure.
- Membuang pikiran negatif. Pikirkan tentang apa yang bisa kita dapat setelah kita melakukan itu. Percaya dirilah dengan segala sesuatu yang ingin kita capaii.
- Menilai sebuah hubungan. Kita harus tahu apakah hubungan kita antara keluarga, teman di sekolah atau kampus, hubungan asmara dan hubungan masyarakat di lingkungan sekitar kita dapat membawa dampak buruk atau tidak. Pikirkan untuk berhubungan dengan orang yang membuat anda merasa nyaman saja dan membuat anda merasa diterima.
- Mengubah perilaku. Kurangi rasa insecure dan meningkatkan kepercayaan diri.
- Membuka diri terhadap relasi atau lingkungan baru yang dapat memberikan dampak yang baim agar terhindar dari insecure.
- Tidak tahu bagaimana cara merespon lawan bicara
- Merasa takut ketika bertemu orang baru
- Nilai pengetahuan serta keterampilan di sekolah menurun karena dikekang untuk berada di dalam rumah, tanpa mengerjakan tugas kelompok
- Sulit untuk berkomunikasi (beraksi terlebih dahulu untuk memulai percakapan)
- Anak menjadi tidak bahagia
- Depresi
- Malu bersosialisasi
- Memungkinkan anak untuk berbohong
- Membuat anak menjadi pembully di sekolah
- Anak tidak memiliki kepercayaan diri
- Orang tua perlu mengisi energi dengan hal-hal yang lebih positif serta memperbaiki mental untuk tidak harus selalu menuntut anak ketika di rumah.
- Anak-anak mestinya mencoba untuk memahami bahwasannya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak, jadi berilah anak pemahaman tanpa berkata kasar. Pelan tapi pasti.
- Orang tua dapat membaca buku terkait tentang pola asuh yang baik. Anak juga bisa memberikan itu sebagai hadiah untuk orang tua agar hubungan antara orang tua dan anak baik-baik saja.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTkoKYR8_IRBR-QtMsbADmUI4x-O1GS4Y5_YeK6suGRe-DGfySNpCCNt53Wbq6SYKYEpDrJj-Umvk8fNq_htDTUuI4tovT6puitdxn5tyz5uCGTNZtFH798ZY0SjBpE1T5TJS4dwIg743JqhQtdybynxlRTfBgOXwQAC9w4I6G8mKsi-XKIQCK8N6IKw/s320/42a181bb8f2c7ceb8bba06e511c772eb.jpg)
- Sering berdialog dengan diri sendiri dengan cara yang positif seperti mengatakan pada diri sendiri bahwa "kamu bisa dan kamu mampu melakukannya. Cobalah untuk lebih berani."
- Meragukan rasa malu bahwa rasa malu dapat menghambat proses kita untuk berkembang lebih baik.
- Tempatkan diri ke lingkungan yang membangun. Orang-orang yang berada di sekitar kita dapat mempengaruhi perilaku dan cara berpikir. Oleh sebab itu, hindari orang-orang yang membuat kita tidak bisa berkembang.
- Teruslah berlatih dengan cara terus memberikan pertanyaan dan ide di dalam kelas. Sebelum itu, munculkan rasa berani terlebih dahulu.
- Jangan membandingkan diri dengan orang lain. "Saya adalah saya yang berbeda dati mereka". Saya berproses di jalan saya sendiri, saya harus menghindari mereka yang tidak dapat membuat saya berproses dengan baik.
Komentar
Posting Komentar